Sabtu, 15 September 2012


Entrepreneurship Dalam Perspektif Islam

ricky valdy / AF5/ ISID
Pengertian, dan Konsep Dasar Entrepreneurship
Semenjak negara kita dilanda krisis ekonomi, masyarakat berusaha dengan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhannya. PHK kerap terjadi, terbatasnya lapangan pekerjaan  juga meningkatkan jumlah pengangguran di Indonesia. Melihat kondisi tersebut, maka dunia pendidikan harus mampu berperan aktif menyiapkan SDM terdidik yang mampu menghadapi berbagai tantangan kehidupan baik lokal, regional, nasional maupun internasional. Ia tidak cukup hanya menguasai teori-teori, tetapi juga mau dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sosial. Ia tidak hanya mampu menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku sekolah/kuliah, tetapi juga mampu memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan yang sebagaimana tersebut adalah pendidikan yang berorientasi pada pembentukan jiwa entrepreneurship, ialah jiwa keberanian dan kemauan menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar, jiwa kreatif untuk mencari solusi dan mengatasi problema tersebut, jiwa mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Pendidikan yang berwawasan kewirausahaan, adalah  pendidikan yang menerapkan prinsip-prinsip dan metodologi ke arah pembentukan kecakapan hidup (life skill) pada peserta didiknya melalui kurikulum yang terintegrasi yang dikembangkan.
Berwirausaha melibatkan dua unsur pokok, yaitu peluang dan kemampuan menanggapi peluang, Berdasarkan hal tersebut maka definisi kewirausahaan adalah “tanggapan terhadap peluang usaha yang terungkap dalam seperangkat tindakan serta membuahkan hasil berupa organisasi usaha yang melembaga, produktif dan inovatif.”
Dalam pandangan Islam, bekerja dan berusaha, termasuk berwirausaha boleh dikatakan  merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia karena keberadaannya sebagai khalifah fil-ardh dimaksudkan untuk memakmurkan bumi dan membawanya ke arah yang lebih baik. Kerangka pengembangan kewirausahaan di kalangan tenaga pendidik dirasakan sangat penting. Karena pendidik adalah agent of change yang diharapkan mampu menanamkan ciri-ciri, sifat dan watak serta jiwa kewirausahaan atau jiwa entrepreneur bagi peserta didiknya. Disamping itu jiwa entrepreneur juga sangat diperlukan bagi seorang pendidik, karena melalui jiwa ini, para pendidik akan memiliki orientasi kerja yang lebih efisien, kreatif, inovatif, produktif serta mandiri.
Dalam Islam, anjuran untuk berusaha dan giat bekerja sebagai bentuk realisasi dari kekhalifahan manusia tercermin dalam surat Ar-Ra’d: 11 yang maksudnya “ Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum kecuali kaum itu mau merubah dirinya sendiri”. Menurut al-Baghdadi bahwa ayat ini bersifat a’am. Yakni siapa saja yang mencapai kemajuan dan kejayaan bila mereka sudah merubah sebab-sebab kemundurannya yang diawali dengan merumuskan konsepsi kebangkitan. (Yusanto & Kusuma, 2002).
Integritas Pendidikan Entrepreneurship Dalam Islam
Keberhasilan seorang entrepreneur dalam Islam bersifat independen. Artinya keunggulannya berpusat pada integritas pribadinya, bukan dari luar dirinya. Hal ini selain menimbulkan kehandalan menghadapi tantangan, juga merupakan garansi tidak terjebak dalam praktek–praktek negatif dan bertentangan dengan peraturan, baik peraturan agama maupun peraturan teknis negara tentang usaha. Integritas entrepreneur muslim tersebut terlihat dalam sifat – sifatnya, antara lain:
  • Taqwa, tawakal, zikir dan bersyukur.
Seorang entrepreneur muslim memiliki keyakinan yang kukuh terhadap kebenaran agamanya sebagai jalan keselamatan, dan bahwa dengan agamanya ia akan menjadi unggul. Keyakinan ini membuatnya melakukan usaha dan kerja sebagai dzikir dan bertawakal serta bersyukur pasca usahanya.
  • Motivasinya bersifat vertical dan horisontal.
Secara horizontal terlihat pada dorongannya untuk mengembangkan potensi dirinya dan keinginannya untuk selalu mencari manfaat sebesar mungkin bagi orang lain. Sementara secara vertical dimaksudkan untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT. Motivasi di sini berfungsi sebagai pendorong, penentu arah dan penetapan skala prioritas.
  • Niat Suci dan Ibadah
Bagi seorang muslim, menjalankan usaha merupakan aktifitas ibadah sehingga ia harus dimulai dengan niat yang suci (lillahi ta’ala), cara yang benar, dan tujuan serta pemanfaatan hasil secara benar. Sebab dengan itulah ia memperoleh garansi keberhasilan dari Tuhan.
  • Azam “Bangun Lebih Pagi”
Rasulullah mengajarkan kepada kita agar mulai bekerja sejak pagi hari. Setelah sholat Subuh, kalau tidak terpaksa, sebaiknya jangan tidur lagi. Bergeraklah untuk mencari rezeki dari Rab-mu. Para malaikat akan turun dan membagi rezeki sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.
  • Selalu berusaha Meningkatkan llmu dan Ketrampilan
Ilmu pengetahuan dan ketrampilan, dua pilar bagi pelaksanaan suatu usaha. Oleh karenanya, memenej usaha berdasarkan ilmu dan ketrampilan di atas landasan iman dan ketaqwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan seorang entrepreneur.
  • Jujur
Kejujuran merupakan salah satu kata kunci dalam kesuksesan seorang entrepreneur. Sebab suatu usaha tidak akan bisa berkembang sendiri tanpa ada kaitan dengan orang lain. Sementara kesuksesan dan kelanggengan hubungan dengan orang lain atau pihak lain, sangat ditentukan oleh kejujuran keduabelah pihak.
  • Suka Menyambung Tali Silaturahmi
Seorang entrepreneur haruslah sering melakukan silaturahmi dengan mitra bisnis dan bahkan juga dengan konsumennya. Hal ini harus merupakan bagian dari integritas seorang entrepreneur muslim. Sebab dalam perfektif Islam, silaturahmi selain meningkatkan ikatan persaudaraan juga akan membuka peluang – peluang bisnis baru.
  • Menunaikan Zakat, Infaq dan Sadaqah ( ZIS )
Menunaikan zakat, infaq dan sadaqah harus menjadi budaya entrepreneur muslim. Menurut Islam sudah jelas, harta yang digunakan untuk membayar ZIS, tidak akan hilang, bahkan menjadi tabungan kita yang akan dilpatgandakan oleh Allah, di dunia dan di akhirat kelak.
  • Puasa, Sholat Sunat dan Sholat Malam
Hubungan antara bisnis dan keluarga ibarat dua sisi mata uang sehingga satu sama lain tidak bisa dipisahkan. Sebagai seorang entrepreneur, disamping menjadi pemimpin di perusahaannnya dia juga menjadi pemimpin di rumah tangganya. Membiasakan keluarga, istri, anak, untuk melaksanakan puasa-puasa atau sholat-sholat sunat dan sholat malam harus dilakukan seorang entrepreneur muslim, karena dapat memberikan bekal rohani untuk menjalankan usahanya.
  • Mengasuh Anak Yatim
Sebagai entrepreneur, mengasuh anak yatim merupakan kewajiban. Mengasuh atau memelihara dalam arti memberikan kasih sayang dan nafkah (makan, sandang, papan dan biaya pendidikan). Lebih baik lagi bila juga kita berikan bekal (ilmu/agama/ketrampilan) sehingga mereka akan mampu mandiri menjalani kehidupan di kemudian hari.
Sebagai konsekuensi pentingnya kegiatan entrepreneurship, Islam menekankan pentingnya pembangunan dan penegakkan budaya entrepreneurship dalam kehidupan setiap muslim. Budaya entrepreneurship muslim itu bersifat manusiawi dan religius, berbeda dengan budaya profesi lainnya yang tidak menjadikan pertimbangan agama sebagai landasan kerjanya. Dengan demikian pendidikan entrepreneur muslim akan memiliki sifat – sifat dasar yang mendorongnya untuk menjadi pribadi yang kreatif dan handal dalam menjalankan usahanya atau menjalankan aktivitas pada perusahaan tempatnya bekerja.
Jiwa entrepreneur seseorang bukanlah merupakan faktor keturunan, namun dapat dipelajari secara ilmiah dan ditumbuhkan bagi siapapun juga. Pendidikanentrepreneurship dapat dilakukan apabila pendidik sudah memiliki jiwa entrepreneur yang tinggi. Yang penting dan yang utama dari pendidikan entrepreneurship adalah semangat untuk terus mencoba dan belajar dari pengalaman. “Gagal itu biasa, berusaha terus itu yang luar biasa”, mungkin seperti itulah gambaran yang harus dikembangkan oleh manusia-manusia Indonesia agar tetap eksis dalam pertarungan bisnis yang semakin transparan dan terbuka.
Referensi:
M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Wijayakusuma. Menggagas Bisnis Islami.
Ya’qub. Kode Etik Dagang Menurut Islam.
http://pendidikanentrepreneurshipdalamperspektifislam.rifqiemaulana.wordpress.com

Minggu, 24 Juni 2012

Islam Sebagai Agama Rahmatan Lil’alamin


Islam Sebagai Agama Rahmatan Lil’alamin
Oleh : Ricky Valdy Syairuddin / AF4 / Mahasiswa Institud Studi Islam Darussalam (ISID) 
Tulisan dimuat di majalah Lentera Semester Genap 2012

Konsep Rahmatan Lil’alamin agama islam
Memang benar agama islam adalah agama rahmatan lil’alamin. Namun banyak orang yang salah kaprah dalam menafsirkannya. Sehingga banyak kesalahan dalam memahami praktek beragama bahkan dalam hal yang fundamental yaitu akidah.
Pernyataan bahwa islam adalah agama yang rahmatan lil’alamin sebenarnya adalah kesimpulan dari firman Allah Ta’ala,
“Kami tidak mengutus engkau, wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta”.[1]
            Tugas Nabi Muhammad adalah membawa rahmat bagi sekalian alam, maka itu pulalah risalah agama yang dibawanya. Tegasnya, risalah Islam ialah mendatangkan rahmat buat seluruh alam. Lawan daripada rahmat ialah bencan dan malapetaka. Maka jika dirumuskan ke dalam bentuk kalimat yang menggunakan kata peniadaan, kita lau mendapat pengertian baru tapi lebih tegas bahwa islam itu “bukan bencana alam”. Dengan demikian kehadiran Islam di alam ini bukan untuk bencana dan malapetaka, tetapi untuk keselamatan, untuk kesejahteraan dan untuk kebahagiaan manusia lahir dan batin, baik secara perseorangn maupun secara bersama-sama dalam masyarakat.
            Islam itu ibarat Ratu Adil yang menjadi tumpuan harapan manusia. Ia harus mengangkat manusia dari kehinaan menjadi mulia, menunjuki manusia yang tersesat jalan. Membebaskan manusia dari semua macam kezhaliman, melepaskan manusia dari rantai perbudakan, memerdekakan manusia dari kemiskinan rohani dan materi, dan sebagainya. Tugas Islam memberikan dunia hari depan yang cerah dan penuh harapan. Manusia akhirnya merasakan nikmat dan bahagia karena Islam.
            Kebenaran risalah Islam sebagai rahmat bagi manusia, terletak pada kesempurnaan Islam itu sendiri. Islam adalah dalam satu kesatuan ajaran, ajaran yang satu dengan yang lainnya mempunyai nisbat dan hubungan yang saling berkait. Maka Islam dapat kita lihat serempak dalam tiga segi yaitu aqidah, syari’ah dan nizam.
            Dalam satu tinjuan, Islam adalah suatu aqidah atau keyakinan. Mulai daripada Islam itu sendiri secara totalitas adalah suatu keyakinan, bahwa nilai-nilai yang diajarkan kebenarannya mutlak karena bersumber dari yang Maha Mutlak. Maka segala yang diperintahkannya dan diizinkannya adalah suatu yang haq
            “Dan carilah karunia yang Allah berikan kepadamu untuk keselamtan bagi negri akhirat, tapi janganlah engkau lupakan masalahmu di dunia. Dan ciptakanlah kebaikan sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, janganlah engkau berbuat kerusuhan di bmi, karena sesungguhnya Allah tidak senang bagi orang-orang yang berbuat rusuh”. [2]
            Yang menjadi tantangan besar umat Islam masa kini adalah Islam belum lagi terwujud risalahnya, ia belum lagi menjadi rahmat bagi manusia. Karenanya kita harus mengadakan koreksi total terhadap cara-cara hidup kita, baik dalam bidang ubudiyah maupun dalam bidang mu’amalah.[3]
            Umat Islam dilarang menjadi umat pengekor, tetapi sebagai pengendali. Tidak pula boleh menjadi gerobak yang ditarik ke mana-mana, tetapi sebagai lokomotip yang menarik dan bertenaga besar. Islam tidak condong ke Barat dan tidak pula miring ke Timur, tapi Islam tampil ke tengah-tengah mengajak seluruh benua, ras dan bangsa untuk berkiblat kepadanya. Islamlah yang harus memimpin jalannya sejarah menuju kepada hidup dan kehidupan yang bahagia (hayatun thayyibatun) dalam rangka masyarakat yang sejahtera dan bahagia di bawah naungan ampunan Allah (baldatun thayyibatun wa rabbun ghofuur). Betapa tinggi fungsi umat Islam di tengah-tengah kancah kehidupan manusia Allah berfirman :
            “Kamu adalah umat yang paling baik, yang ditempatkan ke tengah-tengah manusia, untuk memimpin kepada kebaikan, mencegah kemungkaran, dan percaya penuh kepada Allah”.[4]
Pandangan Islam AtasBerbagaiRasdan Agama
            Dalam agama Islam memandang agama-agama lain dan berbagai ras pun mempunyai konsep yang baik. Islam sebagai konstitusinya juga mewajibkan perdamaian antar manusia. Ia menyatakan mengapa manusia dijadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku tiada lain untuk memudahkan saling berkenalan dan saling berdekatan antara sesama manusia, bukan menjadikan jalan agar sebagian manusia itu lebih tinggi dari yang lainnya, dan agar sebagian manusia itu dapat menjadikan dirinya tuhan.
            Orang mukmin mencintai segenap manusia, karena mereka adalah saudaranya, sama-sama keturunan Adam dan teman karibnya dalam mengabdikan diri kepada Allah. Antara dia dengan mereka diikat oleh pertalian darah, tujuannya sama dan musuhnya pun sama. Allah SWT menegaskan :
            “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya, dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kalian saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kalian.”[5]
            Akidah Islam tidak membenarkan perbedaan darah dan perbedaan suku, ras,  bangsa dijadikan alasan untuk saling berpecahbelah. Seorang muslim mempercayai, bahwa seluruh umat manusia adalah keturunan Adam. Dan Adam diciptakan dari tanah. Perbedaan suku, bangsa, dan warna kulit, adalah bagian dari tanda-tanda kekuasaan dan kebijaksanaan Allah, dalam menciptakan dan mengatur makhluk-Nya, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran :
            ”Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasa kalian dan warna kulit kalian. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.”[6]
            Bagaimana mungkin seorang muslim akan merendahkan suatu bangsa dari bangsa-bangsa manusia, sedangkan al-Quran mengajarkan supaya menghormati segenap makhluk, baik bangsa, binatang ataupun burung.
            “Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan (umat-umat) juga seperti kalian. Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpun.”[7]
            Demikianlah pandangan orang mukmin terhadap umat manusia. Tiada perasaan kebanggaan tentang nasab, tempat kelahiran, tidak ada perasaan dengki antara kelompok satu dengan yang lain, antara individu satu dengan yang lain. Yang ada hanyalah perasaan cinta kasih, persamaan dan persaudaraan.[8]
Pengaruh Rahmatan Lil’alamin Bagi Non Muslim
            Dalam memperlakukan non muslim (Ahli Dzimmah) mereka mendapatkan hak seperti yang didapatkan oleh kaum Muslimin, kecuali pada perkara-perkara yang terbatas dan perkecualian. Sebagaimana halnya juga mereka dikenakan kewajiban seperti yang dikenakan terhadap kaum Muslimin. Kecuali pada apa-apa yang diperkecualikan. Ialah hak memperoleh perindungan yaitu melindungi mereka dari segala permusuhan eksternal. Ijma’ Ulama umat Islam terjadi dalam hal ini seperti yang diriwayatkan Abu Daud dan Al-Baihaqi
            “Siapa-siapa yang menzhalimi kafir mu’ahad atau mengurangi haknya, atau membebaninya di luar kesanggupannya, atau mengambil sesuatu daripadanya tanpa kerelaannya, maka akulah yang menjadi seterunya pada hari Kiamat (HR. Abu Daud dan Al-Baihaqi)
Kemudian melindungi darah dan badan mereka, melindungi harta mereka, menjaga kehormatan mereka, memberikan jaminan sosial ketika dalam keadaan lemah, kebebasan beragama, kebebasan bekerja, berusaha dan menjadi pejabat, inilah beberapa contoh dan saksi-saksi yang dicatat sejarah mengenai sikap kaum Muslimin dan pengaruhnya terhadap Ahli Dzimmah.[9]
Islam Bukan Agama Teroris
            Islam memang agama yang menyebarkan benih-benih kasih sayang, cinta dan damai. Islam secara eksklusif bukan berarti terorisme, tetapi eksklusif dalam pengertian akidah. Yaitu mempercayai dan meyakini bahwa Islam agama yang benar. Dan itu harga mati di dalam akidah setiap Muslim. Dan bukan berarti Terorisme. Nah, secara inklusifnya Islam sendiri mewajibkan umatnya untuk bertoleran sesama manusia. Dan ini tidak bisa diartikan dengan Pluralisme agama.
            Yusuf Qardhawi menyatakan bahwasanya tujuan Islam adalah membangun manusia yang shalih. Tidak mungkin Islam menyebarkan benih-benih terorisme. Dan bila “jihad” dalam pengertian islam adalah menyeru kepada agama yang benar, berusaha semaksimal mungkin baik dengan perkataan ataupun perbuatan dalam berbagai lapangan kehidupan dimana agama yang benar ini diperjuangkan dan dengannnya ia memperoleh kemenangan maka ia, tentunya lebih luas ketimbang “perang” bahkan terorisme.[10]
            Dengan Islam yang Rahmatan lil’alamin ini, kita telah dapat memberikan kesimpulan bahwa Islam tidak hanya sebagai agama, tetapi suatu perdaban yang di dalamnya terdapat pandangan hidup (framework) yang jelas dan universal dalam hal kebenaran.



Referensi
1.      Drs Nasruddin Razak, Dienul Islam, Bandung, Al-Ma’arif 1986
2.      Musthafa Muhammad Ath-Thahhan, Pribadi Muslim Tangguh, Jakarta Timur, Pustaka Al-Kautsar 2000
3.       Zakiyuddin Baidhawy, Ambivalensi Agama Konflik dan Nirkekerasan, Yogyakarta, Kurnia Kalam Semesta 2002
4.      Dr. Muhammad Imarah, Karakteristik Metode Islam, Jakarta 1994
5.      Dr. Yusuf Al-Qardhawy, Pengantar Kajian Islam, Jakarta Timur, Pustaka Al-Kautsar 2002



[1]Al-Anbiya :107
[2]Al-Qashash (28) : 77
[3]Drs. Nasruddin Razak,  Dienul Islam, Bandung Alma’arif 1986, hal 84
[4] Al-Imran (3) : 110
[5]An-Nisa (4) : 1
[6]Ar-Ruum (30) : 22
[7]Al-An’am (6) : 38
[8]Dr. Yusuf Qardhawi,  Merasakan Kehadiran Tuhan, Yogyakarta  Mitra Pustaka 1999, hal 157
[9]Musthafa Muhammad Ath-Thahhan, Pribadi Muslim Tangguh, Jakarta Timur, Pustaka Al-Kautsar 2000 hal 286
[10]Dr. Muhammad Imarah, Karakteristik Metode Islam, Jakarta 1994 hal 413

Mempertajam Akidah Seorang Muslim


Oleh : Ricky Valdy Syairuddin / AF4 / Mahasiswa Institud Studi Islam Darussalam (ISID)

Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa : 136, 
  
Yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, berimanlah kamu sekalian kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat seajuh-jauhnya.” (An-Nisa : 136)
Denganturunnya ayat diatas, orang-orang beriman senantiasa diperintahkan untuk menguatkan keimanan yang telah tertanam dalam hati mereka. Di samping itu, ayat ini diturunkan di Madinah dan bukan merupakan ayat yang pertama kali turun di sana. Dengan kata lain ayat ini turun setelah beberapa tahun Rasululah tinggal di Madinah. Hal ini memberi petunjuk kepada kita bahwa pembinaan akidah adalah aktivitas yang harus selalu menjadi prioritas dalam setiap saat.
Kita ketahui bahwa selama tiga belas tahun Rasulullah SAW berdakwah di Makkah, yang menjadi fokus garapan beliau adalah pengokohan akidah Islam pada dada-dada kaum muslimin serta mendakwahkannya kepada orang-orang yang masih kafir. Hal itu dapat kita lihat dari ayat-ayat Al-Quran yang turun selama di Makkah.             Namun ketika beliau hijrah ke Madinah dan memasuki fase pendirian negara dan penetapan hukum-hukum syariat bukan berarti pembinaan akidah ditinggalkan dan disisihkan. Pembinaan akidah tetap menjadi garapan yang utama, karena kekokohan akidahlah yang akan menjamin baiknya pelaksanaan syariat serta utuhnya eksistensi suatu negara Islam.
Dengan demikian pembahasan akidah adalah pembahasan yang harus selalu menjadi perhatian setiap kaum muslimin. Karena akidah merupakan rahasia hidup dan menafsirkan kepada manusia rahasia kehidupan dan kematian serta menjawab pertanyaan abadinya : “Darimana? Kemana? Dan mengapa?”
Akidah juga dibawa oleh semua Nabi yang diutus Allah dan diturunkan oleh semua kitab suci langit sebelum kitab-kitab itu mengalami distorsi, penyelewengan dan perubahan. Akidah juga merupakan hakikat abadi yang tidak mengalami proses evolusi dan tidak pernah berubah, yaitu akidah tentang Allah dan hubungan-Nya dengan alam ini, tentang alam nyata yang diperlihatkan kepada manusia dan tentang alam ghaib yang tidak diperlihatkan kepadanya, tentang hakikat kehidupan ini dan peran manusia di dalamnya serta nasib manusia setelah kehidupan dunia.
Sesungguhnya akidah Islam datang untuk memurnikan pemikiran Tauhid dan kesempurnaan akidah ilahiyah, dari segala hal yang mencorengnya sepanjang zaman dan ia hadir untuk memurnikan pemikiran tentang kenabiaan dan kerasulan dari pemahaman buruk yang menimpanya.
Dan akidah islam datang untuk memurnikan persepsi pemikiran tentang pembalasan di akhirat dari asumsi salah oleh orang-orang bodoh, manipulasi oleh orang-orang pintar, dan penyangkalan oleh kaum penghujat dan hujatan kaum penghujat.


Kebutuhan manusia terhadap akidah
            Allah memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian menciptakan keturunannya dari sari pati (air mani) dia menciptakan Adam, manusia pertama dari tangan-Nya dan meniupkan roh (ciptaan)-Nya, lalu darinya Dia ciptakan istrinya, Hawa. Dia ajarkan kepadanya nama-nama, lalu menyuruh malaikat agar bersujud kepadanya, maka mereka semua bersujud kecuali Iblis yang menolak. Dia melarangnya untuk makan dari satu pohon, namun dia lupa dan memakannya. Maka, dia telah berbuat maksiat dan durhaka karenanya. Lalu dia menerima beberapa kalimat dari Allah dan mengucapkannya, maka Allah menerima taubatnya, kemudian menurunkannya ke bumi sebagai khalifah setelah sebelumnya dia mempersiapkan bumi itu baginya, dan menyediakan segala apa yang ada di bumi untuk memenuhi kebutuhannya.
            Dalil-dalil akidah kita tentang manusia ini adalah kabar berita dari Penciptanya yang menjelaskan tentang manusia, tentang cara penciptaannya dan perkembang biakannya yang sampai kepada kita dari jalan yang mustahil bagi akal manusia untuk mendustakan dan mengingkarinya, yaitu firman-firman Allah SWT dalam kitab-Nya, Al-Quran yang mulia. Allah berfirman tentang penciptaan Adam, 

            “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” (Al-Hijr : 26)

“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, ‘Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah, maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku, maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya (Shad : 71-72)
Dari surat Shad tersebut, betapa mulianya manusia sehingga Allah menyuruh seluruh ciptaannya untuk sujud kepada Adam yaitu manusia yang tercipta dari tanah tersebut. Maka menyembah kepada Allah serta melafazkan kesyukuran kepada Allah sudah menjadi keharusan yang harus dilakukan oleh seorang muslim dan mukmin.
Pandangan orang-orang Mukmin terhadap “manusia” sangat berbeda dengan pandangan orang-orang atheis.
Menurut orang-orang Mukmin, manusia diciptakan di langit dengan penciptaan langsung oleh Allah, dimana Allahmenciptakannya dengan tangan-Nya, lalu meniupkan kepadanya dari ruh ciptaan-Nya, kemudian mengajarkan kepadanya seluruh nama benda dan memerintahkan malaikat untuk bersujud kepadanya. Allah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk dan dikhususkan dengan kemuliaan di antara semua makhluk. Manusia itu haram darah dan harta bendanya kecuali dengan cara yang hak. Allah mengutus para rasul kepada mereka, menurunkan kitab-kitab agar mereka mencapai kesempurnaan dan meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Allah mengkabarkan kepada mereka tentang penciptaan, kejadian, kemuliaan dan tempat kembalinya. Juga tentang Pencipta dan nabi-nabi yang diutus kepada mereka.
Menurut teori orang-orang atheis manusia diciptakan dengan teori perkembangan dan pertumbuhan dalam seburuk-buruk bentuk, kemudian berangsur-angsur dalam jutaan tahun sehingga sampai menjadi seekor kera kemudian berkembang menjadi hewan yang lebih tinggi daripada kera dalam jutaan tahun, kemudian menjadi manusia setelah jutaan tahun. Demikianlah konsep penciptaan manusia dan perkembangan kejadiannya menurut kaum atheis, kelompok yang paling banyak kerusakan dan kefasikannya, dimana mereka adalah sumber kehancuran dan kebinasaan.
Sekarang, wahai orang-orang yang mempunyai akal, manusia yang mana yang lebih berhak untuk dimuliakan? dan manusia yang mana yang harus diakui sebagai manusia oleh semua manusia itu sendiri, manusia menurut orang-orang mukmin ataukah manusia menurut orang-orang atheis, para pengikut teori Darwin?
Sungguh teori Darwin tentang kejadian manusa adalah kerancuan pemikiran, tidak bisa difahami dan merupakan racun bagi otak. Sebab teori itu adalah teori yang sesat, rusak dan kotor, yang bapaknya adalah kekufuran dan ibunya adalah kotoran.
Telah dijelaskan konsep penciptaan manusia yang begitu dahsyatnya. Memang pantas dan benar bahwa agama islam adalah agama yang sempurna. Seperti dalam surat Al-Imron ayat 9 :
  
“Agama yang diridhoi oleh Allah adalah islam”

Allah telah menciptakan alam semesta ini sebagai kebutuhan manusia supaya manusia dapat menggunakan akalnya dalam menggunakan alam ini dengan sebaik-baiknya. Tetapi masih saja dari manusia yang menentang dengan kekuasaannya. Seperti firman Allah SWT dalam surat Lukman ayat 20 :
  
Yang artinya : “Tidakkah kamu perhatikan, sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir batin. Dan diantara amnusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.” (Lukman : 20)

Apabila orang-orang Barat menyimpulkan bahwa problematika dasar ekonomi pada menurunnya sumber daya alam sebagai akibat membludaknya populasi manusia, maka Al-Quran melihat sebaliknya bahwa nikmat Allah tidak mungkin dapat dihitung, dan bahwa sumber-sumber alam sangatlah subur, tetapi karena ini pulalah kemudian banyak manusia terperosok dalam kekufuran dan kezhaliman. Kezhaliman dan kufur nikmat itulah barangkali yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam alam dan berakibat pada sumber-sumber pendapatan manusia.
Anggapan bahwa manusia tidak lagi membutuhkan akidah adalah anggapan yang batil, karena bertentangan dengan kenyataan dan sejarah manusia yang panjang, yaitu sejarah semenjak manusia diturunkan ke bumi sampai abad sekarang ini. Di mana saja manusia berada dan kapan pum mereka hidup, tidak pernah bisa lepas dari akidah yang diyakininya, baik akidah yang lurus maupun yang batil.
Nilai tambah manusia dalam kehidupan sesungguhnya tidak dinilai atau ditentukan oleh unsur fisiknya, tetapi oleh unsur metafisiknya yang berupa ruh atau jiwa dan kualitas-kualitas internal lainnya. Bahkan dari nilainya bisa lebih mahal dari apa yang ada di fisik manusia.
Lalu apa yang menjadikan manusia mahal dan dihargai tinggi? Mengapa seseorang dihargai lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain padahal tubuhnya sama, warna kulit dan rambutnya sama, kelengkapan tubuhnya sama, mungkin pakaian juga sama. Ada dua orang berjalan bersama, yang satu pejabat dan seorang lagi ulama’ besar, tetapi penghormatan orang terhadap ulama’ lebih besar daripada pejabat. Di sini ada nilai tambah yang bukan bersifat fisik melainkan non-fisik (metafisik).
Orang yang mengapresiasikan unsur-unsur fisik maka yang dikejar dalam kehidupannya adalah hal-hal yang dapat memuaskan unsur-unsur tubuhnya. Sebaliknya, orang yang mengapresiasikan unsur metafisik tampak pada cara hidupnya yang mengutamakan kepuasan spritual, penghormatan terhadap nilai dan menjunjung tinggi moralitas.
Ada yang beranggapan dengan menyatakan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan telah menjadikan mereka tidak membutuhkan agama, karena agama adalah barang rongsokkan dan usang dalam kehidupan modern. Bahkan lebih jauhnya lagi bahwa manusialah yang menciptakan tuhan, bukan tuhan yang menciptakan manusia dan kehidupan di alam semesta ini. Anggapan dan argumen seperti ini adalah kebodohan dan kekufuran yang nyata, dan kelemahan akal yang tanpa batas.
Agar terbebas dari pemahaman yang rusak ini, kita membenarkannya dengan Tuhan yang diciptakan para penyembah berhala yaitu patung yang mereka buat dengan sendirinya lalu disembah. dan tidak bisa disamakan dengan Tuhan yang menciptakan manusia yang dalam hal ini agama islamlah yang memakainya.
Maka, sangatlah mustahil agama yang mereka ciptakan itu akam mampu meluruskan akhlak, memperbaiki jiwa, mendidik perasaan dan mensucikan ruh. Sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang tertipu, bodoh, sesat dan menyesatkan, Allah melaknati mereka, maka Dia membuat mereka tuli dan membutakan penglihatan mereka.
Dari sini dapat dinyatakan bahwa setiap umat yang ada di atas permukaan bumi, yaitu sejak manusia itu hidup tidak bisa lepas dari akidah dan agama. Demikianlah sebagaimana yang dinyatakan Allah dalam firman-Nya.
 
“Dan tidak ada satu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan,” (Fathir : 24)








 Penutup
Sesungguhnya iman kepada semua rukunnya dituntut secara mutlak sebagaimana disebutkan dalam nash-nash Al-Quran dan As-Sunnah, dimana Allah berfirman,


“hai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya dia telah sesat sejauh-jauhnya.” (An-Nisa’: 136)

Dan Rasulullah SAW bersabda dalam menjawa pertanyaan tentang iman,
الإيمان أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر والقدر خيره وشره.
“Iman adalah bila kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, dan takdir-Nya yang baik dan yang buruk.”
Tapi dengan mencermati hal-hal yang berkaitan dengan iman, seperti mencintai-Nya, mengagungkan-Nya dengan melakukan segala hal yang dicintai-Nya dan meninggalkan segala hal yang dilarang olehnya, maka iman merupakan saran dan bukan tujuan.
Karena itu sangat tepat bila dikatakan bahwa meskipun iman sebagai saran dan akidah adalah pedoman dalam beriman, namun ia harus direalisasikan dalam kehidupan karena keterkaitan istiqomah seseorang dengannya. Sebagai penjelasan hal tersebut adalah,
1.      Beriman kepada Allah adalah sarana untuk mengenali nama-nama dan sifat-sifat-Nya, mencintai-Nya mengagungkan-Nya, menaati-Nya, takut dan taqarrub kepada-Nya dengan melakukan hal-hal yang dicintai-Nya dan menjauhi hal-hal yang diharamkan-Nya, sebagai dalilnya adalah firman Allah,
“Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya jika kamu orang-orang yang beriman.” (Al-Anfal : 1)
2.      Beriman kepada malaikat adalah saran untuk mengambil pelajaran tentang ketaatan mereka. Sebab mereka
“Tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim : 6)
Juga sebagai sarana untuk menumbuhkan rasa malu dan merasa dekat dengan para malaikat. Sebab malaikat tidak pernah berpisah dengan manusia di kanan dan kirinya.
3.      Beriman kepada kitab-kitab Allah adalah sarana untuk beriman kepada Allah dan mengetahui ilmu-Nya, nama-nama-Nya, janjidan ancaman-Nya, membenarkan para Rasul yang diutus dengannya dan mengetahui syariat-syariat Allah dan semua yang dicintai dan diridhai-Nya atau yang dibenci-Nya tentang keyakinanm ucapan dan perbuatan. Juga sarana untuk mengenali hal yang ghaib dan berbagai kondisi negeri akhirat.
4.      Beriman kepada para rasul adalah sarana mengetahui pelaksanaan syariat-syariat Allah dan tata cara ibadah kepada-Nya. Juga sarana untuk mencintai para rasul yang dapat membangkitkan semangat untuk menaati, mengikuti dan komitmen terhadap syariat-syariat mereka.
5.      Beriman kepada hari Kiamat adalah sarana untuk menjalankan kebaikan dan meniggalkan kemungkaran dengan adanya dorongan jiwa dalam mencintai apa yang di sisi Allah tentang kebaikan dunia dan akhirat, serta rasa taku terhadap siksa-Nya.
6.      Beriman kepada taqdir Allah adalah sarana untuk menghilangkan kegelisahan terhadap sesuatu yang terlewatkan dari kesenangan kehidupan dunia dan meninggalkan suka ria atas nikmat dunia yang mendorong kepada kesombongan. Juga sarana untuk kesabaran dan ketenangan.
berdasarkan keterangan di atas, maka tampak dengan jelas bahwa semua rukun iman yang merupakan akidah seorang mukmin akan menghasilkan buah yang khusus bagi seorang mukmin. Dengan memperhatikan semua itu, maka kita dapatkan bahwa iman adalah sarana untuk mendapatkan berbagai buah yang dihasilkan oleh setiap bagian dari iman. Sebagaimana kita dapatkan juga bahwa berbagai buah iman merupakan sarana untuk mencapai tujuan yang paling mulia, yaitu kesempurnaan manusia dalam zat dan spritualitasnya seta kebahagiaanya di dunia maupun di akhirat. Serta dari iman ini dapat mempertajam akidah seorang muslim, sebab kesempurnaan dan kebahagian manusia berkaitan erat dengan ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya, dimana ketaatan itu akan mensucikan jiwa dan menjadikan manusia ke negeri kedamaian (surga)
Allah berfirman,
“Sungguh beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya.” (A-Syams : 9-1









Refrensi
Syeikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Aqiidatul Mu’min, Madinah, Maktabah Al-Ulum wal Hikam, 1995
Dr. Yusuf Al-Qardhawi, Ri’aayatul biiah fii syarii’ati al islaam, Dar Asy-Syuruq, 2001
Muhammad Tholchah Hasan, Dinamika Kehidupan Religius, jakarta, 2000


Minggu, 12 Februari 2012

kenapa VALENTINE diharamkan bagi umat muslim??

Apa si valentin itu….? valentine adalah sebuah hari dimana para kekasih atau para pencinta menyatakan cintanya kepada orang yang dicintai atau juga bisa dikatakan hari kasih sayang. Hari valentine dirayakan setiap tanggal 14 Pebruari dan valentine berasal dari upacara keagamaan Romawi kuno Perayaan hari valentine termasuk salah satu hari raya bangsa Romawi penyembah berhala. Boleh jadi tanggal 14 Pebruari setiap tahunya merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh banyak remaja baik di Indonesia ataupun di luar Indonesia. Dan seiring dengan masuknya beragam gaya hidup barat ke dunia Islam, perayaan hari valentine pun ikut mendapatkan sambutan hangat, terutama dari kalangan remaja ABG. Bertukar bingkisan valentine, semarak warna pink, ucapan rasa kasih sayang, ungkapan cinta dengan berbagai ekspresinya, menyemarakkan suasan valentine setiap tahunnya, bahkan di kalangan remaja muslim sekali pun. Sebab hari itu banyak dipercaya orang sebagai hari untuk mengungkapkan rasa kasih sayang, itulah hari valentin.
Perayaan valentine dimasa sekarang mengalami pergeseran sikap dan semangat. Dalam semangat hari valentine ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiatdan larangan agama seperti pacaran, berciuman, berpegangan tangan, bahkan hubungan seksual dikalangan remaja itu menjadi boleh. Padahal kasih sayang yang dimaksud adalah zina yang diharamkan. Orang barat memang tidak bisa membedakan antara cinta dan zina. Ungkapan make love yang artinya bercinta, seharusnya sedekar cinta yang terkait dengan perasan dan hati, tetapi setiap kita tahu bahwa makna make love atau bercinta adalah melakukan hubungan kelamin alias zina. Istilah dalam bahasa Indonesia pun mengalami distorsi parah. Itulah hari valentine mengingat bahwa masalah ini bukan semata-mata budaya melainkan terkait dengan masalah aqidah dimana umat islam diharamkan untuk merayakan hari valentine. Dan hari valentine memiliki latar belakang yang tidak jelas sama sekali baik dari ceritanya maupun waktu terjadinya.
Temen-temen tahu tidak….? valentine itu malah nambah dosa lho. Anggap aja itu budaya barat yang tidak sesuai dengan budaya kita. Dan bagi teman-teman terutama yang remaja sebiknya sebelum kita memperingati atau merayakan sebaiknya kita pelajari dulu dan pahami baru kita putuskan. Jadi jangan asal ikut-ikutan sesuatu yang kita tidak tahu asal-usulnya. Kita hanya dibodoh-bodohin orang barat saja. Padahal hari valentine tidak ada sejarahnya hari Valentine itu termasuk upaya kaum yahudi n nasrani untuk merusak aqidah orang-orang Muslim agar berbuat maksiat lebih baik ngerayain Maulid Nabi sama Isro’ Mi’roj. Tapi kita sebagai manusia yang beragama bertanah air satu jangan jadikan ini sebagai aduh agama. Jadi yang ingin merayakan tidak apa-apa dan yang tidak merayakan juga hargai dong.
Jadi teman-teman tahu tidak kenapa valentine dilarang dalam agama islam………? karena banyak sebagian dari remaja islam keperawananya hilang cuman gara-gara hari valentine. Dan semua kebiasaan yang dilakukan dihari valentine bertolak belakang dengan peraturan dan hukum agama islam. Jadi kita harus bisa menjaga diri kita dari kebiasaan orang barat yang telah menyebar luas ke wilayah islam. Jangan sampai kita terjerumus kedalam jurang kemaksiatan. Semoga umat Islam di dunia khususnya di Indonesia sadar tentang apa itu valentine yg sebenarnya

Senin, 30 Januari 2012

Pemuda Islam


PEMUDA ISLAM & AMANAH DAKWAH

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى
Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk
(Surah al-Kahfi 18: 13)
Kaum muda merupakan lapisan masyarakat yang paling kritis. Mereka memiliki wawasan ke depan dan tidak pernah puas dengan kondisi yang ada. Sikap pemuda sentiasa idealis, penuh cita-cita dan harapan. Baik terhadap sesuatu yang baik ataupun yang buruk.
Lantaran itu pula anak-anak remaja, bakal pemuda, menjadi sasaran orang-orang yang ingin merubah kondisi suatu masyarakat menjadi buruk. Mereka dihidangkan dengan kebatilan yang menjadikan mereka jauh dari agama ALLAH. Mereka diberikan racun melalui media massa, berupa televisyen, radio, majalah, filem-filem, komik, novel dan sebagainya. Itulah racun sekularisme, pembaratan serta penurunan moral dengan berbagai bentuknya.
Maka lihatlah anak-anak remaja yang membuat masalah di tengah-tengah masyarakat. Mereka hidup untuk mengganggu orang lain, bermabuk-mabukan, berpesta dan berdisko, berpeleseran di waktu malam tanpa tujuan dan lain-lain. Keadaan ini disedari atau tidak merupakan hasil perusakan terhadap generasi muda melalui media massa yang terancang. Yang lebih berbahaya adalah perusakan pola fikir melalui orang-orang yang mengaku dirinya intelek, yang rata-rata lulusan barat yang canggih dengan ilmu dan pengetahuan serta falsafah yang membingungkan. Dan sasaran mereka ini pun adalah para pemuda, kerana mereka pun ingin diikuti oleh para pemuda. Mereka-mereka itu sebenarnya generasi muda yang berpotensi. Hanya saja situasi lingkungan yang buruk dan menyesatkan, membuatkan mereka hanyut dibawa program syaitan dan iblis.

Dakwah Islam dan Pemuda
Perubahan masyarakat dari buruk menjadi baik, dari jahiliyyah menjadi Islam merupakan sasaran dakwah Islam. Islam merupakan agama yang mengajak umatnya berfikir dinamis, kritis dan kreatif… tapi bukan untuk merusak. Islam tidak menyetujui sikap jumud (statik) dalam segala hal. Kerana sifat dakwah Islam seperti di atas, maka dakwah ini mudah diterima dan dicerna oleh kalangan muda… tidak membingungkan dan meragukan.
Semangat dan cita-cita yang tinggi para pemuda hanya dapat ditampung dan disalurkan oleh Islam. Sebab Islam adalah ajaran ALLAH yang sempurna, tanpa cacat dan cela. Islam adalah agama yang mengajak manusia kepada kebaikan di dunia dan akhirat.
Ajaran Islam mengarahkan dan membimbing pemuda untuk beribadah, mengabdi, dan berbakti kepada Dzat yang Maha Tinggi, Agung dan Mulia… iaitu ALLAH SWT. Islam melatih mereka agar selalu menghubungkan diri kepada Penguasa Tunggal alam semesta. Dengan ini, mereka menjadi orang-orang yang akan menyebarluaskan rahmat dan kasih sayang ALLAH ke tengah-tengah umat manusia. Islam tidak rela para pemuda yang berpotensi itu terjerumus dalam kebejatan moral yang akan membuat mereka menjadi musuh ALLAH dan sampah masyarakat.
Tidak menghairankan, ketika Islam muncul, para pendukungnya kebanyakkan terdiri dari kaum muda yang haus akan kebenaran dan keadilan. Rasulullah SAW selama 13 tahun pertama berdakwah di Makkah tidak banyak menghasilkan jumlah pengikut. Kerana penduduk Makkah kebanyakan orang-orang tua yang sangat kuat memegang tradisi dan adat istiadat jahiliyyah.
Tetapi ketika Islam di bawa ke Madinah, sambutan meriah dan positif pun mengalir bagai ombak yang bergulung. Penduduk Madinah melihat Islam sebagai atauran hidup yang benar. Hati mereka diterangi cahaya petunjuk ALLAH. Maka dengan ikhlas mereka tinggalkan semua adat kebiasaan jahiliyyah dan merubahnya menjadi Islam. Mereka tukar kekufuran dan kedurhakaan dengan iman dan ketaatan. Hal ini disebabkan penduduk Madinah umumnya terdiri dari kaum muda.
Di sisi lain, Rasulullah SAW pun menjadikan pemuda sebagai anasir taghyir (unsur-unsur perubah). Mereka dilatih dan dibimbing untuk menjadi pemimpin dan juru dakwah. Mereka dibentuk menjadi kader-kader Islam yang tangguh dan cekal. Mereka antara lain Ali bin Abi Talib, Mus’ab bin Umair, Sa’ad bin Abi Waqash, Zaid bin Haritsah, Umar bin Khattab, Usamah bin Zaid, juga kebanyakan para sahabat Nabi.
Sebagai contoh, da’ie dan duta Islam pertama yang diutus Rasulullah SAW di kota Yathrib adalah Mus’ab bin Umair. Dahulunya, dia adalah pemuda yang perwatakan kemas dan selalu berpakaian cantik. Setelah menerima Islam dan dikader Rasulullah SAW, Mus’ab berubah menjadi pemuda sederhana, tetapi aktif di jalan dakwahdan jihad Islam. Sehingga wafatnya Mus’ab, Rasulullah menitiskan air matanya melihat Mus’ab yang dahulunya mewah, hanya dikafani kain yang buruk. Beruntunglah Mus’ab sebagai pemuda dakwah yang telah menjalankan amanahnya.
Kendatipun masih muda belia, prestasi Mus’ab dalam dakwah sangat hebat. Dalam tempoh waktu kurang dari setahun, dia berjaya mengIslamkan kurang lebih 70 orang penduduk Yathrib. Mereka itulah yang datang kepada Rasulullah SAW untuk berbai’ah (berjanji setia sehidup semati) di bukit Aqabah.

Sifat Pemuda Dakwah
Dengan pemuda sebagai hujun tombak untuk dakwah, maka Islam pun meluncur bagai anak panah. Potensi tenaga muda mereak diarahkan untuk hal yang positif dan membangun (jiwa Islam), iaitu menegakkan DinuLLAH. Al-Quran mengambarkan pemuda yang aktif dalam dakwah Islam pada kisah Ashhabul Kahfi.
Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran”. (Surah al-Kahfi 18: 13 – 14)
Dari ayat yang mulia ini dapat kita fahami bahawa para pemuda dakwah memiliki tiga karakter utama yang 
mendasar, iaitu:

1. Iman kepada RABB mereka (ALLAH)
Mereka merupakan pemuda-pemuda yang meyakini ALLAH, Rasul, Malaikat, Kitab, Hari Akhir dan Qadha dan Qadar. Nilai keimanan pemuda jauh lebih tinggi dari nilai keimanan orang yang sudah tua. Sebab para pemuda beriman di tengah-tengah gejolak nafsu muda yang masih berkobar, sementara orang-orang yang sudah tua melakukan ketaatan tanpa halangan kerana sudah mendekati akhir hayat.
Para pemuda dakwah sentiasa meningkatkan dan mempertahankan iman yang menyala dalam hati mereka. Mereka tidak rela sedikitpun iman itu berubah atau berkurang. Mereka berupaya menghidupkan api iman ini di tengah-tengah masyarakat. Kerana menyedari bahawa manusia tanpa iman tiada nilainya di sisi ALLAH.

2. Selalu mengikuti petunjuk ALLAH
iaitu para pemuda yang tahu arah perjalanan dan sentiasa berjuang menegakkan kebenaran denagn petunjuk bimbingan ALLAH. Mereka selalu berpegang teguh kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah sebagi hidayah ALLAH yang diyakini akan menyelesaikan segal persoalan dengan adil dan bijaksana. Mereka ingin masyarakat diatur oleh Pencipta alam semesta dan tidak diatur oleh mereka sendiri atau dikendalikan oleh hawa nafsu segolongan manusia tertentu.

3. Bersikap Furqan
Para pemuda dakwah mampu membedakan mana yang haq (benar) dan mana yang batil (salah). Mereka mengerti betul, mana yang membawa keimanan dan Islam dan mana yang membawa kekufuran dan kesesatan. Setelah itu, mereka menolak segala hal yang membawa kepada kekufuran dan menerima keimanan dengan penerimaan yang total. Sikap furqan merupakan pancaran keimanan dan kefahaman terhadap TauhiduLLAH yang diajarkan Islam. Mereka meyakini bahawa ALLAH adalah satu-satunya sumber hidup yang harus ditaati dan sumber ilmu agar diri tidak merasa sombong serta dijadikan tujuan akhir. Beserta itu, mereka menolak hak ALLAH ini diberikan pada selain ALLAH.
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Surah al-Anfaal 8: 29)
Selain itu, beberapa karakter yang lain juga menjadikan para pemuda mampu untuk mengemban tugas dakwah. Di antaranya:

4. Bersikap kritis menghadapi masyarakat
Para pemuda dakwah mengerti betul kondisi masyarakat yang menjadi medan dakwahnya. Mereka tahu bagaimana menghadapi situasi itu secara benar dan kritis. Kekritisan mereka tidak menjadikan mereka anarkis atau membuat mereka ekstrim. Mereka memahami jalan menuju perubahan umat dan bekerja untuk itu secara hati-hati dan teliti.

5. Berbeda dalam prinsip dan sikap hidup, tetapi bergabung di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat
Para pemuda dakwah menyedari kekeliruan yang ada pada masyarakat dan sanggup untuk menghindarkan diri mereka dari kekeliruan tersebut. Sementara mereka tetap hidup dan bercampur di tengah-tengah masyarakat itu dengan prinsip dan akhlaq yang berbeda. Mereka tidak tertipu dengan kondisi masyarakat yang membuat-buat kedustaan terhadap agama ALLAH. Hal ini tampak dalam kenyataan mereka di ayat berikut:
Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk di sembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka?) Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah? (Surah al-Kahfi 18: 15)
Akhirul kalam, Imam As-Syahid Hassan al-Banna pernah menyatakan bahawa umat Islam dewasa ini tidak ada lagi mempunyai kekuatan. Sumber alam yang ada di bumi umat Islam semuanya habis terkuras oleh tangan-tangan asing. Kualiti umat Islam bagaikan buih-buih di lautan walaupun mereka ramai. Tapi ingatlah, bahawa ada satu kekuatan tersembunyi dari tubuh umat Islam iaitu para pemuda (as-Syabab). Bangunlah wahai pemuda! Dakwah amat memerlukan jiwa-jiwa yang cekal untuk mengembannnya. Kamu amat diperlukan untuk mengembalikan umat Islam dari kehinaan kepada kemuliaan! Jadilah junduLLAH yang akan memperjuangkan agama ALLAH hingga akhir hayatmu seperti Mus’ab bin Umair atau Zaid bin Khattab.