Minggu, 24 Juni 2012

Mempertajam Akidah Seorang Muslim


Oleh : Ricky Valdy Syairuddin / AF4 / Mahasiswa Institud Studi Islam Darussalam (ISID)

Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa : 136, 
  
Yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, berimanlah kamu sekalian kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat seajuh-jauhnya.” (An-Nisa : 136)
Denganturunnya ayat diatas, orang-orang beriman senantiasa diperintahkan untuk menguatkan keimanan yang telah tertanam dalam hati mereka. Di samping itu, ayat ini diturunkan di Madinah dan bukan merupakan ayat yang pertama kali turun di sana. Dengan kata lain ayat ini turun setelah beberapa tahun Rasululah tinggal di Madinah. Hal ini memberi petunjuk kepada kita bahwa pembinaan akidah adalah aktivitas yang harus selalu menjadi prioritas dalam setiap saat.
Kita ketahui bahwa selama tiga belas tahun Rasulullah SAW berdakwah di Makkah, yang menjadi fokus garapan beliau adalah pengokohan akidah Islam pada dada-dada kaum muslimin serta mendakwahkannya kepada orang-orang yang masih kafir. Hal itu dapat kita lihat dari ayat-ayat Al-Quran yang turun selama di Makkah.             Namun ketika beliau hijrah ke Madinah dan memasuki fase pendirian negara dan penetapan hukum-hukum syariat bukan berarti pembinaan akidah ditinggalkan dan disisihkan. Pembinaan akidah tetap menjadi garapan yang utama, karena kekokohan akidahlah yang akan menjamin baiknya pelaksanaan syariat serta utuhnya eksistensi suatu negara Islam.
Dengan demikian pembahasan akidah adalah pembahasan yang harus selalu menjadi perhatian setiap kaum muslimin. Karena akidah merupakan rahasia hidup dan menafsirkan kepada manusia rahasia kehidupan dan kematian serta menjawab pertanyaan abadinya : “Darimana? Kemana? Dan mengapa?”
Akidah juga dibawa oleh semua Nabi yang diutus Allah dan diturunkan oleh semua kitab suci langit sebelum kitab-kitab itu mengalami distorsi, penyelewengan dan perubahan. Akidah juga merupakan hakikat abadi yang tidak mengalami proses evolusi dan tidak pernah berubah, yaitu akidah tentang Allah dan hubungan-Nya dengan alam ini, tentang alam nyata yang diperlihatkan kepada manusia dan tentang alam ghaib yang tidak diperlihatkan kepadanya, tentang hakikat kehidupan ini dan peran manusia di dalamnya serta nasib manusia setelah kehidupan dunia.
Sesungguhnya akidah Islam datang untuk memurnikan pemikiran Tauhid dan kesempurnaan akidah ilahiyah, dari segala hal yang mencorengnya sepanjang zaman dan ia hadir untuk memurnikan pemikiran tentang kenabiaan dan kerasulan dari pemahaman buruk yang menimpanya.
Dan akidah islam datang untuk memurnikan persepsi pemikiran tentang pembalasan di akhirat dari asumsi salah oleh orang-orang bodoh, manipulasi oleh orang-orang pintar, dan penyangkalan oleh kaum penghujat dan hujatan kaum penghujat.


Kebutuhan manusia terhadap akidah
            Allah memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian menciptakan keturunannya dari sari pati (air mani) dia menciptakan Adam, manusia pertama dari tangan-Nya dan meniupkan roh (ciptaan)-Nya, lalu darinya Dia ciptakan istrinya, Hawa. Dia ajarkan kepadanya nama-nama, lalu menyuruh malaikat agar bersujud kepadanya, maka mereka semua bersujud kecuali Iblis yang menolak. Dia melarangnya untuk makan dari satu pohon, namun dia lupa dan memakannya. Maka, dia telah berbuat maksiat dan durhaka karenanya. Lalu dia menerima beberapa kalimat dari Allah dan mengucapkannya, maka Allah menerima taubatnya, kemudian menurunkannya ke bumi sebagai khalifah setelah sebelumnya dia mempersiapkan bumi itu baginya, dan menyediakan segala apa yang ada di bumi untuk memenuhi kebutuhannya.
            Dalil-dalil akidah kita tentang manusia ini adalah kabar berita dari Penciptanya yang menjelaskan tentang manusia, tentang cara penciptaannya dan perkembang biakannya yang sampai kepada kita dari jalan yang mustahil bagi akal manusia untuk mendustakan dan mengingkarinya, yaitu firman-firman Allah SWT dalam kitab-Nya, Al-Quran yang mulia. Allah berfirman tentang penciptaan Adam, 

            “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” (Al-Hijr : 26)

“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, ‘Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah, maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku, maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya (Shad : 71-72)
Dari surat Shad tersebut, betapa mulianya manusia sehingga Allah menyuruh seluruh ciptaannya untuk sujud kepada Adam yaitu manusia yang tercipta dari tanah tersebut. Maka menyembah kepada Allah serta melafazkan kesyukuran kepada Allah sudah menjadi keharusan yang harus dilakukan oleh seorang muslim dan mukmin.
Pandangan orang-orang Mukmin terhadap “manusia” sangat berbeda dengan pandangan orang-orang atheis.
Menurut orang-orang Mukmin, manusia diciptakan di langit dengan penciptaan langsung oleh Allah, dimana Allahmenciptakannya dengan tangan-Nya, lalu meniupkan kepadanya dari ruh ciptaan-Nya, kemudian mengajarkan kepadanya seluruh nama benda dan memerintahkan malaikat untuk bersujud kepadanya. Allah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk dan dikhususkan dengan kemuliaan di antara semua makhluk. Manusia itu haram darah dan harta bendanya kecuali dengan cara yang hak. Allah mengutus para rasul kepada mereka, menurunkan kitab-kitab agar mereka mencapai kesempurnaan dan meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Allah mengkabarkan kepada mereka tentang penciptaan, kejadian, kemuliaan dan tempat kembalinya. Juga tentang Pencipta dan nabi-nabi yang diutus kepada mereka.
Menurut teori orang-orang atheis manusia diciptakan dengan teori perkembangan dan pertumbuhan dalam seburuk-buruk bentuk, kemudian berangsur-angsur dalam jutaan tahun sehingga sampai menjadi seekor kera kemudian berkembang menjadi hewan yang lebih tinggi daripada kera dalam jutaan tahun, kemudian menjadi manusia setelah jutaan tahun. Demikianlah konsep penciptaan manusia dan perkembangan kejadiannya menurut kaum atheis, kelompok yang paling banyak kerusakan dan kefasikannya, dimana mereka adalah sumber kehancuran dan kebinasaan.
Sekarang, wahai orang-orang yang mempunyai akal, manusia yang mana yang lebih berhak untuk dimuliakan? dan manusia yang mana yang harus diakui sebagai manusia oleh semua manusia itu sendiri, manusia menurut orang-orang mukmin ataukah manusia menurut orang-orang atheis, para pengikut teori Darwin?
Sungguh teori Darwin tentang kejadian manusa adalah kerancuan pemikiran, tidak bisa difahami dan merupakan racun bagi otak. Sebab teori itu adalah teori yang sesat, rusak dan kotor, yang bapaknya adalah kekufuran dan ibunya adalah kotoran.
Telah dijelaskan konsep penciptaan manusia yang begitu dahsyatnya. Memang pantas dan benar bahwa agama islam adalah agama yang sempurna. Seperti dalam surat Al-Imron ayat 9 :
  
“Agama yang diridhoi oleh Allah adalah islam”

Allah telah menciptakan alam semesta ini sebagai kebutuhan manusia supaya manusia dapat menggunakan akalnya dalam menggunakan alam ini dengan sebaik-baiknya. Tetapi masih saja dari manusia yang menentang dengan kekuasaannya. Seperti firman Allah SWT dalam surat Lukman ayat 20 :
  
Yang artinya : “Tidakkah kamu perhatikan, sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir batin. Dan diantara amnusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.” (Lukman : 20)

Apabila orang-orang Barat menyimpulkan bahwa problematika dasar ekonomi pada menurunnya sumber daya alam sebagai akibat membludaknya populasi manusia, maka Al-Quran melihat sebaliknya bahwa nikmat Allah tidak mungkin dapat dihitung, dan bahwa sumber-sumber alam sangatlah subur, tetapi karena ini pulalah kemudian banyak manusia terperosok dalam kekufuran dan kezhaliman. Kezhaliman dan kufur nikmat itulah barangkali yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam alam dan berakibat pada sumber-sumber pendapatan manusia.
Anggapan bahwa manusia tidak lagi membutuhkan akidah adalah anggapan yang batil, karena bertentangan dengan kenyataan dan sejarah manusia yang panjang, yaitu sejarah semenjak manusia diturunkan ke bumi sampai abad sekarang ini. Di mana saja manusia berada dan kapan pum mereka hidup, tidak pernah bisa lepas dari akidah yang diyakininya, baik akidah yang lurus maupun yang batil.
Nilai tambah manusia dalam kehidupan sesungguhnya tidak dinilai atau ditentukan oleh unsur fisiknya, tetapi oleh unsur metafisiknya yang berupa ruh atau jiwa dan kualitas-kualitas internal lainnya. Bahkan dari nilainya bisa lebih mahal dari apa yang ada di fisik manusia.
Lalu apa yang menjadikan manusia mahal dan dihargai tinggi? Mengapa seseorang dihargai lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain padahal tubuhnya sama, warna kulit dan rambutnya sama, kelengkapan tubuhnya sama, mungkin pakaian juga sama. Ada dua orang berjalan bersama, yang satu pejabat dan seorang lagi ulama’ besar, tetapi penghormatan orang terhadap ulama’ lebih besar daripada pejabat. Di sini ada nilai tambah yang bukan bersifat fisik melainkan non-fisik (metafisik).
Orang yang mengapresiasikan unsur-unsur fisik maka yang dikejar dalam kehidupannya adalah hal-hal yang dapat memuaskan unsur-unsur tubuhnya. Sebaliknya, orang yang mengapresiasikan unsur metafisik tampak pada cara hidupnya yang mengutamakan kepuasan spritual, penghormatan terhadap nilai dan menjunjung tinggi moralitas.
Ada yang beranggapan dengan menyatakan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan telah menjadikan mereka tidak membutuhkan agama, karena agama adalah barang rongsokkan dan usang dalam kehidupan modern. Bahkan lebih jauhnya lagi bahwa manusialah yang menciptakan tuhan, bukan tuhan yang menciptakan manusia dan kehidupan di alam semesta ini. Anggapan dan argumen seperti ini adalah kebodohan dan kekufuran yang nyata, dan kelemahan akal yang tanpa batas.
Agar terbebas dari pemahaman yang rusak ini, kita membenarkannya dengan Tuhan yang diciptakan para penyembah berhala yaitu patung yang mereka buat dengan sendirinya lalu disembah. dan tidak bisa disamakan dengan Tuhan yang menciptakan manusia yang dalam hal ini agama islamlah yang memakainya.
Maka, sangatlah mustahil agama yang mereka ciptakan itu akam mampu meluruskan akhlak, memperbaiki jiwa, mendidik perasaan dan mensucikan ruh. Sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang tertipu, bodoh, sesat dan menyesatkan, Allah melaknati mereka, maka Dia membuat mereka tuli dan membutakan penglihatan mereka.
Dari sini dapat dinyatakan bahwa setiap umat yang ada di atas permukaan bumi, yaitu sejak manusia itu hidup tidak bisa lepas dari akidah dan agama. Demikianlah sebagaimana yang dinyatakan Allah dalam firman-Nya.
 
“Dan tidak ada satu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan,” (Fathir : 24)








 Penutup
Sesungguhnya iman kepada semua rukunnya dituntut secara mutlak sebagaimana disebutkan dalam nash-nash Al-Quran dan As-Sunnah, dimana Allah berfirman,


“hai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya dia telah sesat sejauh-jauhnya.” (An-Nisa’: 136)

Dan Rasulullah SAW bersabda dalam menjawa pertanyaan tentang iman,
الإيمان أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر والقدر خيره وشره.
“Iman adalah bila kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, dan takdir-Nya yang baik dan yang buruk.”
Tapi dengan mencermati hal-hal yang berkaitan dengan iman, seperti mencintai-Nya, mengagungkan-Nya dengan melakukan segala hal yang dicintai-Nya dan meninggalkan segala hal yang dilarang olehnya, maka iman merupakan saran dan bukan tujuan.
Karena itu sangat tepat bila dikatakan bahwa meskipun iman sebagai saran dan akidah adalah pedoman dalam beriman, namun ia harus direalisasikan dalam kehidupan karena keterkaitan istiqomah seseorang dengannya. Sebagai penjelasan hal tersebut adalah,
1.      Beriman kepada Allah adalah sarana untuk mengenali nama-nama dan sifat-sifat-Nya, mencintai-Nya mengagungkan-Nya, menaati-Nya, takut dan taqarrub kepada-Nya dengan melakukan hal-hal yang dicintai-Nya dan menjauhi hal-hal yang diharamkan-Nya, sebagai dalilnya adalah firman Allah,
“Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya jika kamu orang-orang yang beriman.” (Al-Anfal : 1)
2.      Beriman kepada malaikat adalah saran untuk mengambil pelajaran tentang ketaatan mereka. Sebab mereka
“Tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim : 6)
Juga sebagai sarana untuk menumbuhkan rasa malu dan merasa dekat dengan para malaikat. Sebab malaikat tidak pernah berpisah dengan manusia di kanan dan kirinya.
3.      Beriman kepada kitab-kitab Allah adalah sarana untuk beriman kepada Allah dan mengetahui ilmu-Nya, nama-nama-Nya, janjidan ancaman-Nya, membenarkan para Rasul yang diutus dengannya dan mengetahui syariat-syariat Allah dan semua yang dicintai dan diridhai-Nya atau yang dibenci-Nya tentang keyakinanm ucapan dan perbuatan. Juga sarana untuk mengenali hal yang ghaib dan berbagai kondisi negeri akhirat.
4.      Beriman kepada para rasul adalah sarana mengetahui pelaksanaan syariat-syariat Allah dan tata cara ibadah kepada-Nya. Juga sarana untuk mencintai para rasul yang dapat membangkitkan semangat untuk menaati, mengikuti dan komitmen terhadap syariat-syariat mereka.
5.      Beriman kepada hari Kiamat adalah sarana untuk menjalankan kebaikan dan meniggalkan kemungkaran dengan adanya dorongan jiwa dalam mencintai apa yang di sisi Allah tentang kebaikan dunia dan akhirat, serta rasa taku terhadap siksa-Nya.
6.      Beriman kepada taqdir Allah adalah sarana untuk menghilangkan kegelisahan terhadap sesuatu yang terlewatkan dari kesenangan kehidupan dunia dan meninggalkan suka ria atas nikmat dunia yang mendorong kepada kesombongan. Juga sarana untuk kesabaran dan ketenangan.
berdasarkan keterangan di atas, maka tampak dengan jelas bahwa semua rukun iman yang merupakan akidah seorang mukmin akan menghasilkan buah yang khusus bagi seorang mukmin. Dengan memperhatikan semua itu, maka kita dapatkan bahwa iman adalah sarana untuk mendapatkan berbagai buah yang dihasilkan oleh setiap bagian dari iman. Sebagaimana kita dapatkan juga bahwa berbagai buah iman merupakan sarana untuk mencapai tujuan yang paling mulia, yaitu kesempurnaan manusia dalam zat dan spritualitasnya seta kebahagiaanya di dunia maupun di akhirat. Serta dari iman ini dapat mempertajam akidah seorang muslim, sebab kesempurnaan dan kebahagian manusia berkaitan erat dengan ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya, dimana ketaatan itu akan mensucikan jiwa dan menjadikan manusia ke negeri kedamaian (surga)
Allah berfirman,
“Sungguh beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya.” (A-Syams : 9-1









Refrensi
Syeikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Aqiidatul Mu’min, Madinah, Maktabah Al-Ulum wal Hikam, 1995
Dr. Yusuf Al-Qardhawi, Ri’aayatul biiah fii syarii’ati al islaam, Dar Asy-Syuruq, 2001
Muhammad Tholchah Hasan, Dinamika Kehidupan Religius, jakarta, 2000


Tidak ada komentar:

Posting Komentar